Penderita Diabetes di Indonesia Meningkat Tiap Tahunnya

DIABETES harus menjadi penyakit yang paling diwaspadai oleh masyarakat Indonesia mulai dari sekarang.

Pasalnya angka penderita diabetes bukannya makin menurun, malah kian meningkat setiap tahunnya. Patokannya adalah data dari International Diabetes Federation (IDF) yang patut jadi sorotan.

Betapa tidak, Indonesia diperkirakan bertengger di peringkat keenam negara-negara penderita diabetes di dunia pada tahun 2030, setelah tahun 2010 berada di peringkat sembilan.

Lebih jelasnya, Indonesia pada 2010 berada di peringkat sembilan dengan memiliki persentase sebesar tujuh persen, sementara persentase terbanyak diraih negara India (50,8 persen), di urutan kedua China (43,2 persen), lalu Amerika Serikat (26,8 persen), Rusia (9,6 persen), urutan kelima Brasil (7,6 persen) dan Jerman sebesar (7,5 persen). Atau bisa dikatakan Indonesia mengalami kenaikan angka penderita diabetes sebesar 71 persen.

Kendati demikian, melihat kesadaran masyarakat Indonesia yang masih minim, Dr. dr. Imam Subekti, SpPD, KEMD, Kepala Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, pun sangsi jika negara Indonesia berada di tingkat keenam paling banyak penderita diabetes.

Bahkan, ia memprediksi tahun 2030, Indonesia akan masuk top five sebagai negara penderita diabetes di dunia.

Tentu, hal ini kian membuat miris, dimana kalau kita tengok dari sisi sosial budaya efek dari penyakit diabetes ini dapat menurunkan kualitas hidup seseorang, mulai dari pemicu penyakit kardiovaskular (stroke, gagal jantung, penyakit jantung dan penyakit jantung koroner) dan kronis (penyembuhannya lama), infertilitas, libido, sampai pada kematian.

Indonesia sendiri sedang melakukan gerakan edukasi berkala agar kesadaran masyarakat meningkat. Sehingga diharapkan populasi pengidap diabetes menurun atau semakin jauh dari 10 besar peringkat menurut IDF.

Namun, kenyataannya pada hasil penelitian tahun 2012 sudah ditemukan Indonesia naik peringkat tujuh dengan persentase sebesar 7,6 persen. Padahal, perkiraan IDF bahwa peringkat Indonesia akan berada peringkat keenam pada tahun 2030. Jadi, bukan tak mungkin pada tahun 2030 kita bisa masuk peringkat lima negara-negara penderita diabetes terbanyak.

"Posisi enam itu merupakan presiksi IDF pada 2030. Coba bayangkan sekarang masih 2012 atau 18 tahun lagi dari perkiraan IDF, tapi kita sudah di peringkat tujuh. Bagaimana tahun-tahun ke depan? Jelas ini memprihatinkan. Di mana Indonesia sudah mendekati lima negara besar, dengan peringkat enam diduduki Meksiko yang persentasenya tidak jauh, yakni 10,6 persen atau selisih tiga persen dengan negara kita (Indonesia)," ucap Dr. Imam.


Melihat kondisi itu, sayangnya masyarakat harus menelan pil pait bulat-bulat. Sebab, kesadaran masyarakat Indonesia seputar bahaya diabetes sendiri masih minim. Buktinya masyarakat Indonesia masuk dalam negara yang terlambat mengetahui diagnosis diabetes, yang kebanyakan mereka baru menyadari diabetes setelah terkena.

Terkait kondisi itu, dr. Dyah Purnamasari, SpPD staf Divisi Metabolik Endokrinologi Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, menyarankan agar masyarakat Indonesia harus mengubah pandangannya mengenai obesitas.

Sebab obesitas adalah jendela dari segala penyakit mematikan dan kronis datang, mulai dari diabetes, penyakit jantung, gagal jantung, penyakit jantung koroner, dan diabetes. Terlebih, sudah barang tentu semua penyakit itu menurunkan kualitas hidup dan bakal bikin susah orang lain.

Lebih dalam, banyak orang mengira obesitas hanyalah problem penampilan. Padahal, obesitas itu merupakan penyakit. Pemahaman inilah yang harus pelan-pelan diubah. Sebab, kondisi obesitas akan memberikan efek sistem insulin tak berfungsi dengan baik, akibatnya aliran darah ditekan lemak, dan akhirnya mengalami gangguan metabolik.

Seperti yang diketahui saat seseorang mengalami gangguan sindrom metabolik, meliputi lingkar perut yang melebihi batas, tekanan darah tinggi dan mempunyai kolesterol HDL ( lemak jahat) yang tinggi. Hal itu tinggal menunggu waktu, diman ia sudah pasti mendapat "tiket gratis" memiliki penyakit diabetes pluspenyakit kardiovaskular.

Kendati begitu, bila kita bedah, lagi-lagi orang yang mengalami obesitaslah lebih berisiko mengalami diabetes ketimbang gangguan metabolik lainnya. inilah alasan para dokter selalu menjelaskan obesitas bisa meningkatkan risiko penyakit diabetes.

"Seseorang mengalami obesitas atau lingkar perut yang melebihi 80 centimeter itu lebih berbahaya dibanding gangguan sindrom metabolik lainnya. Hal ini karena lemak dalam darah menekan efek protektif estrogen pada organ-organ vital, khususnya jantung. Dan dampaknya tidak main- main yakni, diabetes, kardiovaskular sampai infertilitas." Ucap dr. Dyah

Diabetes juga bisa mempengaruhi kesuburan terhadap seseorang, khususnya wanita. Kaum hawa harus lebih waspada karena berkaitan erat dengan bagaiamana mereka ingin memiliki anak.

Ya, akibat sistem insulin yang ditekan lemak hal itu akan membuat saraf rusak, dan pada akhirnya memengaruhi kualitas hormonnya. Dan saat kondisi itu diabaikan, proses pematangannya akan terganggu, hingga pengentalan hormon pun tak terjadi. Pada kondisi inilah sangat berbahaya bagi para wanita.

Sementara untuk bisa mencegah kondisi itu, atau lebih dalam menekan angka kejadian diabetes di Indonesia. Imam Subekti menerangkan, semua stake holder harus mengambil insiatif gotong royong untuk membantu mengsosialisasikan bahaya penyakit diabetes, gejala awal dan segala seluk beluknya.

Semisal Kemenkes RI sebagai ujung tombak, kemudian diikuti oleh lembaga masyarakat, seluruh rumah sakit di seluruh Indonesia dan perusahaan-perusahaan. Tujuannya sendiri, semata agar populasi penderita diabetes di Indonesia cepat menurun.

Postingan terkait: