Wanita sebagai pemimpin, baik di sebuah perusahaan maupun pemerintahan bukanlah hal yang 'langka' lagi di era modern seperti sekarang. Namun tak bisa dipungkiri bahwa untuk menjadi seorang pemimpin, wanita harus memiliki strategi tersendiri. Belum lagi tantangan-tantangan yang menghadang di depan.
"Wanita memang harus lebih bekerja keras dua kali lipat daripada laki-laki untuk membuktikan kita punya kemampuan. Tapi di satu pihak, masyarakat juga tidak akan terlalu simpati kalau kemudian kita kelihatannya super agresif," ujar politisi dan aktivis perempuan Zannuba Wahid, atau lebih dikenal dengan Yenny Wahid dalam acara Leadership Forum: Indonesia's Most Inspiring Women Accelerating Success yang diadakan Forbes Indonesia di JS Luwansa Hotel, HR Rasuna Said, Kuningan, Jakarta Selatan, Kamis (23/05/2013).
Jika bicara soal memimpin suatu organisasi atau bisnis, Yenny memahami bahwa wanita memang lebih disorot dibandingkan laki-laki. Ada nilai-nilai di masyarakat yang sudah terlanjur terbentuk tentang bagaimana wanita seharusnya bersikap atau berperilaku. Menurut Noni S.S. Purnomo, presiden direktur Blue Bird Group, ada semacam anggapan bahwa wanita cenderung lebih berpikir dengan hati, bukan kepala. Stigma itulah yang sebaiknya perlahan-lahan dihapus.
"Wanita harus bisa 'think like a man but act like a lady. Maksudnya kita kalau berpikir, benar-benar secara rasional. Tapi saat dikeluarkan, cara penyampaian harus lebih halus dan dengan empati. Jadi menurut saya keuntungan perempuan di situ, kita punya empati," ucap Noni, yang kini memimpin sekitar 35.000 pekerja laki-laki.
Tantangan ternyata tidak hanya datang dari lawan jenis saja, tapi juga dirinya sendiri. Yenny mengatakan, wanita kerap terhalang oleh pemikiran yang disebut glass ceiling syndrome. "'Saya tidak cukup baik untuk menjadi pemimpin.' Mereka (wanita) kadang tidak berani untuk sekadar mencoba. Dan sesama wanita pun kadang enggan membantu wanita lainnya," tuturnya.
Padahal, bukan tidak mungkin wanita bisa sukses jadi pemimpin sama bagusnya dengan pria. Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Mari Elka Pangestu, yang menjadi tamu spesial dalam acara tersebut menyebutkan, ada beberapa hal yang harus dimiliki wanita untuk menjadi pemimpin yang baik.
Pertama, harus punya visi dan melakikan aksi nyata untuk mewujudkannya. Kedua, kemampuan me-manage orang lain, khususnya bawahan. Ketiga harus fleksibel. "Peka terhadap perubahan bahkan jika itu harus menjilat ludah sendiri. Misalnya usulan yang kita tolak, mungkin saja bisa berguna di kemudian hari. Jadi harus mau berubah demi sesuatu yang baik," ujar Mari.
Keempat adalah tidak mudah menyerah, berani mengambil risiko dan terakhir bisa beradaptasi. Ia menambahkan, wanita sebenarnya punya kapasitas yang tidak dimiliki pria, dan itu bisa jadi keuntungan dalam memimpin. Menurutnya, wanita punya jiwa pengayom, memerhatikan detail dan cenderung lebih multitasking.
Yenny dan Nina merupakan dua di antara 12 wanita paling inspiratif pilihan majalah Forbes Indonesia yang berbagi pengalaman dan tips untuk sukses menjadi pemimpin di bidangnya masing-masing. Beberapa sosok wanita sukses lainnya yaitu, Pendiri Martha Tilaar Group Martha Tilaar, Pendiri dan CEO Yayasan Cinta Anak Bangsa Veronica Colondam, Chief Executive Office Highscope Indonesia Antarina S.F. Amir dan Presiden Direktur Susi Air Susi Pudjiastuti.
"Wanita memang harus lebih bekerja keras dua kali lipat daripada laki-laki untuk membuktikan kita punya kemampuan. Tapi di satu pihak, masyarakat juga tidak akan terlalu simpati kalau kemudian kita kelihatannya super agresif," ujar politisi dan aktivis perempuan Zannuba Wahid, atau lebih dikenal dengan Yenny Wahid dalam acara Leadership Forum: Indonesia's Most Inspiring Women Accelerating Success yang diadakan Forbes Indonesia di JS Luwansa Hotel, HR Rasuna Said, Kuningan, Jakarta Selatan, Kamis (23/05/2013).
Jika bicara soal memimpin suatu organisasi atau bisnis, Yenny memahami bahwa wanita memang lebih disorot dibandingkan laki-laki. Ada nilai-nilai di masyarakat yang sudah terlanjur terbentuk tentang bagaimana wanita seharusnya bersikap atau berperilaku. Menurut Noni S.S. Purnomo, presiden direktur Blue Bird Group, ada semacam anggapan bahwa wanita cenderung lebih berpikir dengan hati, bukan kepala. Stigma itulah yang sebaiknya perlahan-lahan dihapus.
"Wanita harus bisa 'think like a man but act like a lady. Maksudnya kita kalau berpikir, benar-benar secara rasional. Tapi saat dikeluarkan, cara penyampaian harus lebih halus dan dengan empati. Jadi menurut saya keuntungan perempuan di situ, kita punya empati," ucap Noni, yang kini memimpin sekitar 35.000 pekerja laki-laki.
Tantangan ternyata tidak hanya datang dari lawan jenis saja, tapi juga dirinya sendiri. Yenny mengatakan, wanita kerap terhalang oleh pemikiran yang disebut glass ceiling syndrome. "'Saya tidak cukup baik untuk menjadi pemimpin.' Mereka (wanita) kadang tidak berani untuk sekadar mencoba. Dan sesama wanita pun kadang enggan membantu wanita lainnya," tuturnya.
Padahal, bukan tidak mungkin wanita bisa sukses jadi pemimpin sama bagusnya dengan pria. Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Mari Elka Pangestu, yang menjadi tamu spesial dalam acara tersebut menyebutkan, ada beberapa hal yang harus dimiliki wanita untuk menjadi pemimpin yang baik.
Pertama, harus punya visi dan melakikan aksi nyata untuk mewujudkannya. Kedua, kemampuan me-manage orang lain, khususnya bawahan. Ketiga harus fleksibel. "Peka terhadap perubahan bahkan jika itu harus menjilat ludah sendiri. Misalnya usulan yang kita tolak, mungkin saja bisa berguna di kemudian hari. Jadi harus mau berubah demi sesuatu yang baik," ujar Mari.
Keempat adalah tidak mudah menyerah, berani mengambil risiko dan terakhir bisa beradaptasi. Ia menambahkan, wanita sebenarnya punya kapasitas yang tidak dimiliki pria, dan itu bisa jadi keuntungan dalam memimpin. Menurutnya, wanita punya jiwa pengayom, memerhatikan detail dan cenderung lebih multitasking.
Yenny dan Nina merupakan dua di antara 12 wanita paling inspiratif pilihan majalah Forbes Indonesia yang berbagi pengalaman dan tips untuk sukses menjadi pemimpin di bidangnya masing-masing. Beberapa sosok wanita sukses lainnya yaitu, Pendiri Martha Tilaar Group Martha Tilaar, Pendiri dan CEO Yayasan Cinta Anak Bangsa Veronica Colondam, Chief Executive Office Highscope Indonesia Antarina S.F. Amir dan Presiden Direktur Susi Air Susi Pudjiastuti.
Source detik