Tujuan Mematikan Ponsel di Pesawat



Tentunya masih hangat di telinga Anda berita tentang pemukulan terhadap pramugari Sriwijaya Air oleh salah seorang pejabat dari Bangka Belitung.

Penyebabnya tak lain karena pejabat tersebut diminta mematikan ponselnya di dalam pesawat oleh sang pramugari. Benarkah sinyal ponsel punya pengaruh terhadap pesawat khususnya pada sistem navigasi?

Menurut prosedur penerbangan, penumpang dan awak memang diwajibkan untuk mematikan ponsel mulai dari lepas landas, selama pesawat mengudara, hingga mendarat dengan sempurna di tujuan.

Dikutip dari Dailymail, jatuhnya pesawat di Selandia Baru pada tahun 2003 diklaim disebabkan oleh gangguan dari ponsel. Saat itu, pilot pesawat menelepon ke rumah dan berujung pada tewasnya 8 orang.

Di tahun 2007, peralatan navigasi Boeing 737 di Amerika Serikat mengalami kegagalan sesaat setelah take off yang diprediksi juga disebabkan hal yang sama.

Seorang ahli dari Institute of Engineering and Technology, Will Stewart, menyebutkan bahwa perangkat elektronik pada pesawat didesain untuk tidak beroperasi di frekuensi yang sama dengan gadget yang dipakai penumpang.

Namun hal ini dibantah oleh David Carson, teknisi dari Boeing. Ia tetap menyarankan bahwa penumpang harus tetap waspada. "Akan sangat buruk jika setiap orang berpikir bahwa hal ini (ponsel menyebabkan kegagalan navigasi) tidak mungkin terjadi," ujarnya.

Saat ini, beberapa pesawat modern khususnya yang digunakan oleh maskapai di luar negeri sudah dilengkapi dengan teknologi untuk menghadang sinyal ponsel. Berbagai ponsel dan perangkat mobile lainnya yang memakai sinyal juga telah dilengkapi dengan fitur 'flight mode', untuk menonaktifkan sinyal.

Tetapi, ada baiknya Anda para calon penumpang pesawat tetap mengikuti prosedur standar penerbangan. Karena hal terpenting dalam menggunakan alat transportasi adalah selamat sampai tujuan. Benar bukan?

Postingan terkait: